Mengenai saya

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Aliquam sollicitudin, nisl ut tempor porta, dui dui congue libero, at faucibus massa mi in risus. Aenean at risus. Morbi tempor tortor quis pede. Pellentesque felis ante, venenatis non, tristique in, pharetra non, nunc. Donec ornare tortor. Suspendisse in enim sit amet mauris sollicitudin feugiat. In massa. Duis sapien nisl, egestas in, mollis et, accumsan id, leo. Cras fringilla. Maecenas vitae urna quis orci sollicitudin tincidunt. Morbi purus felis, sollicitudin a, ultrices eu, commodo vitae,.

02:17

Ku Raih Bahagia Melalui Ramadhan, Bag. 01

Segala puji bagi Allah SWT yang menjadikan bulan Ramadhan lebih baik dari pada bulan-bulan lainnya dengan menurunkan al-Qur`an di dalamnya dan mewajibkan puasa bagi kaum muslimin sebagai salah satu pondasi Islam. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan kepada kita tentang ibadah-ibadah dibulan Ramadhan dan memberikan contoh kepada kita bagaimana sebaiknya menghidupkan bulan-bulan yang penuh berkah ini.

Bulan Ramadan adalah bulan yang sangat dinantikan oleh para pecinta akhirat dan pencari rahmat dan ridhaNya. Hari-harinya penuh dengan segala keberkahan, setiap detik dan menit kita dipacu untuk tidak melewatkannya. Begitu mahal dan berharganya perjalanan dan ritme kehidupan selama bulan perjuangan ini. Alangkah ruginya kita, apabila melepaskan peluang-peluang keemasan yang hadir di depan mata.Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda:


Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah SWT mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat dalam bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka ia tidak memperoleh apa-apa." HR. Ahmad dan an-Nasa`i.

Kemudian, apakah yang kita dapatkan dari puasa dan serangkaian ibadah di bulan Ramadhan? Tentu saja jawaban dari pertanyaan tersebut sangatlah relatif, berbeda antara seorang satu dan orang lainnya, tergantung bagaimana kita memanfaatkan dan menyikapi setiap momentum yang disediakan Allah didalam bulan Ramadhan ini. Namun, apabila kita kembalikan kepada tujuan diwajibkannya puasa Ramadhan, sesungguhnya yang akan didapatkan adalah meningkatnya ketakwaan, baik dalam skala pribadi maupun korelatif.

Takwa, sungguh amat luas maknanya dan amat dalam pengertiannya. Salah satu makna takwa menurut para ulama adalah "kehati-hatian". Makna ini penting kita hadirkan dalam kehidupan keseharian masyarakat Indonesia saat ini yang tengah menghadapi serangkaian persoalan sistemik. Puasa melatih kita untuk bisa menahan dan mengendalikan diri dari berbagai kecenderungan yang buruk. Ada saat di mana kita boleh makan dan minum dan ada saat di mana kita sudah tidak diperbolehkan lagi untuk makan dan minum. Ada batas waktu yang jelas membedakan antara keduanya. Ini adalah sebuah latihan kehati-hatian yang kita lakukan sepanjang bulan Ramadhan.

Dalam tradisi masyarakat Indonesia, dikenal peringatan menjelang datangnya Subuh, yakni imsak, dan mungkin juga masih diterapkan oleh masayarakat Indonesia yang berdomisili diluar negeri, seperti dimesir misalnya, imsak adalah sebuah upaya memberi peringatan agar masyarakat berhati-hati bahwa beberapa saat lagi akan memasuki waktu subuh yang menandakan dimulainya puasa pada saat itu. Dengan tibanya peringatan imsak, masyarakat mulai menghentikan aktivitas sahur dan segera bersiap menjalankan shalat subuh berjamaah di masjid.

Apabila tradisi imsak ini kita bawa dalam kehidupan yang lebih luas, akan membuat insan lebih terbiasa menjaga diri dan berhati-hati dari berbagai tindakan yang bisa menimbulkan kerusakan dan kerugian, serta mendzalimi orang lain. Puasa Ramadhan sungguh telah memberikan pelatihan dan pembiasaan yang sangat positif dan konstruktif bagi setiap pribadi dan bagi masyarakat secara keseluruhan, agar senantiasa memiliki sikap kehati-hatian dalam kehidupan. Tidak mudah terpengaruh dan terprovokasi oleh berbagai ajakan yang mengarah kepada ketidakbaikan.

Nabi SAW memberikan pengarahan yang sangat jelas dalam hal ini. “Apabila salah seorang dari kamu berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan kasar. Jika seseorang mencaci atau menyerangnya, hendaklah ia mengatakan: Aku sedang berpuasa.”

Arahan tersebut menandakan pentingnya kehati-hatian agar kita tidak mudah terpancing dan terprovokasi untuk melakukan tindak kekerasan, anarkis ataupun hal-hal yang mengarah kepada ketidakbaikan. Kata-kata kotor dan kasar saja dilarang saat berpuasa, apalagi melakukan tindakan yang menyakiti dan merugikan insan lain. Bahkan, ketika ada insan lain yang mencaci dan menyerang, kita diarahkan untuk tidak menanggapi dan justru menjaga diri dengan penuh kesabaran. “Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan jahat, Allah tidak butuh kepada ia meninggalkan makan dan minum.”

Inilah yang akan kita dapatkan dengan menjalankan puasa Ramadhan. Umat Islam akan mendapatkan sifat dan sikap kehati-hatian dalam kehidupan sehingga terbentuklah masyarakat yang dipenuhi oleh kebaikan. Bukan saja kesalehan individu, melainkan juga kesalehan sosial menjadi hasil penting yang didapatkan oleh masyarakat. Terbentuknya masyarakat yang shalih dan jauh dari sikap ceroboh yang akan mengantarkan pada terciptanya lingkungan yang aman, damai, tenteram, dan sejahtera.

Cobalah kita perhatikan keshalihan masyarakat pada zaman terdahulu saat dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar. Kala itu, khalifah Umar bin Khattab diangkat menjadi qadi untuk menyelesaikan persoalan di antara masyarakat. Suatu saat, Umar beraudiensi dengan Khalifah Abu Bakar seraya mengajukan usulan, “Sudah lama aku memegang jabatan qadi dalam pemerintahanmu ini, tetapi tidak banyak orang yang mengadukan permasalahannya kepadaku. Karena itu, sekarang aku mengajukan permohonan agar dibebaskan dari jabatan ini.”

Abu Bakar terkejut atas usulan Umar ini. “Mengapa engkau mengajukan permohonan ini? Apakah karena beratnya tugas tersebut, ya Umar?” tanya Khalifah. “Tidak, ya Khalifah. Akan tetapi, aku sudah tidak diperlukan lagi menjadi qadi untuk kaum Mukminin. Mereka semua sudah tahu haknya masing-masing sehingga tidak ada yang menuntut lebih dari haknya. Mereka juga sudah tahu kewajibannya sehingga tidak seorang pun yang merasa perlu menguranginya. Mereka satu sama lain mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya. Kalau salah seorang tidak hadir, maka mereka akan mencarinya,” jawab Umar.

“Kalau ada yang sakit, mereka menjenguknya; kalau ada yang tidak mampu, mereka membantunya, kalau ada yang membutuhkan pertolongan, pasti mereka segera akan menolongnya, dan kalau ada yang tertimpa musibah, mereka menyampaikan duka cita. Agama mereka adalah nasihat. Akhlak mereka adalah amar makruf dan nahi munkar. Karena itulah, tidak ada alasan bagi mereka untuk bertengkar,” tambah Umar.

Ungkapan Umar di atas menggambarkan bagaimana keshalihan masyarakat dalam kehidupan sosialnya. Sedemikian bagus mereka dalam berinteraksi, seakan-akan tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan. Jabatan qadi yang diemban Umar tidak lagi memiliki peran karena masyarakat sudah memiliki keshalihan individu yang berimbas pada keshalihan sosial. Mereka saling menjaga satu dengan yang lainnya sehingga tercipta kehidupan yang harmonis, damai, tentram dan sejahtera.

Sesungguhnya puasa Ramadhan akan mampu melahirkan keshalihan sosial yang membuat masyarakat hidup dalam kedamaian, hidup dalam ketenangan, dan terjauhkan dari berbagai kerusakan. Sangat indah apabila seluruh masyarakat Muslim yang menjalankan ibadah Ramadhan mampu menangkap hikmah besar dari setiap aktivitas ibadahnya karena hakikat dari puasa Ramadhan adalah menggapai derajat takwa yang lebih tinggi, yang akan mampu kita raih apabila hablun minnallah wa hablun minnannas kita telah shalih.

Apabila ibadah puasa, Tarawih, tadarus al-Qur'an, iktikaf dan berbagai aktivitas ibadah Ramadhan dilakukan dengan penuh iman serta penghayatan, maka dengan seizin Allah SWT akan meningkatkan ketakwaan kita. Apabila takwa meningkat, kehidupan akan diwarnai oleh kehati-hatian, satu sama lain akan saling menjaga dan menguatkan dalam kebaikan, tidak akan mencurangi atau menzalimi sesama.

Betapa kita semua merindukan suasana masyarakat yang dipenuhi oleh harmoni. Di semua tempat, lahirlah masyarakat yang saling mengasihi, saling menghormati, saling menasihati, saling menjaga dalam kebaikan.

Di semua tempat, lahirlah masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban, yang menghindarkan diri dari perbuatan zalim dan menghindarkan diri dari kerusakan. Sebuah masyarakat yang diwarnai oleh keshalihan sosial. Tentu suasana ideal tersebut menjadi impian kita semua dan menjadi kewajiban bagi kita untuk merealisasikannya. Insya Allah, puasa dan serangkaian ibadah Ramadhan akan mengantarkan kita menuju keshalihan sosial. Aamiin.

0 comments:

Post a Comment